February, 9 2012 By eL_
TANAMAN
liar nan langka Nepenthes N adrianii batoro, atau kantong semar, atau
periuk monyet, tanaman khas dari Gunung Slamet, Purwokerto Jateng, di
ambang kepunahan. Populasinya kini
diperkirakan terus menurun akibSaat ini Nepenthes, yang dinamai sesuai
dengan nama penemunya, dijarah dan dijual kepada banyak pemesan di
Jakarta. Penjarahan itu sudah dilakukan sejak lama. Menurut Kepala
Bidang (Kabid) Pengembangan dan Produksi Dinas Kehutanan dan Perkebunan
(Dishutbun) Banyumas, hasil pendataan terakhir dilaporkan bahwa populasi Nepenthes tinggal sekira 2.600 pohon.
“Nenenthes adrianii laku keras di pasaran di perkotaan bahkan luar negeri karena termasuk tanaman langka. Ada banyak jenis Nepenthes, tapi kalau jenis Nepentes adrianii hanya ada di Gunung Slamet,” katanya.
Dan yang paling mengejutkan, ternyata Nepenthes adrianii sudah dikembangkan di Belanda dan Jerman. Kedua negara itu sudah mengembangkan secara besar-besaran, dengan teknik kultur jaringan. Bahkan kini sudah dijadikan bisnis yang menjanjikan.
“Ini sangat ironis karena di habitat aslinya sudah nyaris musnah. Itu artinya, kita tidak bisa menjaga keanekaragaman hayati di tanah air,” katanya. Nepenthes Adrianii dijual masyarakat sekitar lereng Gunung Slamet antara Rp 20.000,00 - Rp 30.000,00/pohon. Di Jakarta dijual sampai Rp 500.000,00/pohon. Padahal, Nepenthes adrianii sangat sensitif, jika terkena panas matahari bisa mati.
Nepenthes adrianii oleh penduduk sekitar lereng Gunung Slamet dikenal dengan kantong semar. Menurut Slamet, warga sekitar Baturaden berburu kantong semar tidak sulit. Menjualnya pun mudah. Bahkan saat ini pemesannya cukup banyak. “Jika ada pemesan dan telah menyepakati harga, kita tinggal mencarinya. Biasanya tanaman itu tumbuh menempel di pohon-pohon tertentu,” katanya.
Harga per pohon cukup tinggi, jika kondisinya masih bagus bisa terjual Rp 30.000,00. Biasanya para pemesan datang pagi atau malam hari agar tanaman terhindar dari sengatan matahari. Tapi kini sangat jarang dijumpai karena populasinya menyusut.
**
DISHUTBUN sendiri sudah berusaha untuk mencegah aksi penjarahan agar tanaman ini tidak musnah di habitat aslinya. Pihaknya sudah melarang masyarakat sekitar lereng Gunung Slamet, untuk mengambil apalagi menjual-belikan tanaman langka itu. Namun kendalanya tenaga lapangan jumlahnya sangat terbatas, sehingga tidak bisa melakukan pengawasan setiap saat.
Dishutbun juga sudah melakukan koordinasi dengan perangkat desa sampai kecamatan sekitar lereng gunung, untuk melakukan pengawasan. Upaya lain, melakukan penangkaran dan pembudidayaan tanaman ini.
Di Indonesia terdapat 36 jenis nepenthes, setiap jenis memiliki ciri berbeda. Ciri khas tumbuhan pemakan serangga asal Gunung Slamet ini, memiliki kantong berukuran sedang, tinggi 15 cm dan beristom lebar. Jika ditemukan satu periuk monyet, di sekitarnya bisa ditemukan minimal 10 Nepenthes, kantong priuknya berwarna merah marun.
Nepenthes adrianii tumbuh epifit hanya di pohon tertentu, biasanya menempel di pohon pari, cirep, woro, sarangan, dan panggang ayam. Namun paling banyak epifit pada pohon panggang ayam. Tumbuhnya berkelompok, satu kelompok minimal ada 10 Nepenthes.
Menurut Slamet, di dalam kantong Nepenthes biasanya tersimpan air segar. Para pendaki yang paham mengenai tanaman ini biasanya meminum air di dalam kantong tanaman. Kantong yang masih tertutup berisi cairan sebanyak kurang dari volume kantong. “Air yang tersimpan dalam kantong benar-benar bersih dan tak beracun. Karena adanya di pegunungan, terasa sangat segar.
“Nenenthes adrianii laku keras di pasaran di perkotaan bahkan luar negeri karena termasuk tanaman langka. Ada banyak jenis Nepenthes, tapi kalau jenis Nepentes adrianii hanya ada di Gunung Slamet,” katanya.
Dan yang paling mengejutkan, ternyata Nepenthes adrianii sudah dikembangkan di Belanda dan Jerman. Kedua negara itu sudah mengembangkan secara besar-besaran, dengan teknik kultur jaringan. Bahkan kini sudah dijadikan bisnis yang menjanjikan.
“Ini sangat ironis karena di habitat aslinya sudah nyaris musnah. Itu artinya, kita tidak bisa menjaga keanekaragaman hayati di tanah air,” katanya. Nepenthes Adrianii dijual masyarakat sekitar lereng Gunung Slamet antara Rp 20.000,00 - Rp 30.000,00/pohon. Di Jakarta dijual sampai Rp 500.000,00/pohon. Padahal, Nepenthes adrianii sangat sensitif, jika terkena panas matahari bisa mati.
Nepenthes adrianii oleh penduduk sekitar lereng Gunung Slamet dikenal dengan kantong semar. Menurut Slamet, warga sekitar Baturaden berburu kantong semar tidak sulit. Menjualnya pun mudah. Bahkan saat ini pemesannya cukup banyak. “Jika ada pemesan dan telah menyepakati harga, kita tinggal mencarinya. Biasanya tanaman itu tumbuh menempel di pohon-pohon tertentu,” katanya.
Harga per pohon cukup tinggi, jika kondisinya masih bagus bisa terjual Rp 30.000,00. Biasanya para pemesan datang pagi atau malam hari agar tanaman terhindar dari sengatan matahari. Tapi kini sangat jarang dijumpai karena populasinya menyusut.
**
DISHUTBUN sendiri sudah berusaha untuk mencegah aksi penjarahan agar tanaman ini tidak musnah di habitat aslinya. Pihaknya sudah melarang masyarakat sekitar lereng Gunung Slamet, untuk mengambil apalagi menjual-belikan tanaman langka itu. Namun kendalanya tenaga lapangan jumlahnya sangat terbatas, sehingga tidak bisa melakukan pengawasan setiap saat.
Dishutbun juga sudah melakukan koordinasi dengan perangkat desa sampai kecamatan sekitar lereng gunung, untuk melakukan pengawasan. Upaya lain, melakukan penangkaran dan pembudidayaan tanaman ini.
Di Indonesia terdapat 36 jenis nepenthes, setiap jenis memiliki ciri berbeda. Ciri khas tumbuhan pemakan serangga asal Gunung Slamet ini, memiliki kantong berukuran sedang, tinggi 15 cm dan beristom lebar. Jika ditemukan satu periuk monyet, di sekitarnya bisa ditemukan minimal 10 Nepenthes, kantong priuknya berwarna merah marun.
Nepenthes adrianii tumbuh epifit hanya di pohon tertentu, biasanya menempel di pohon pari, cirep, woro, sarangan, dan panggang ayam. Namun paling banyak epifit pada pohon panggang ayam. Tumbuhnya berkelompok, satu kelompok minimal ada 10 Nepenthes.
Menurut Slamet, di dalam kantong Nepenthes biasanya tersimpan air segar. Para pendaki yang paham mengenai tanaman ini biasanya meminum air di dalam kantong tanaman. Kantong yang masih tertutup berisi cairan sebanyak kurang dari volume kantong. “Air yang tersimpan dalam kantong benar-benar bersih dan tak beracun. Karena adanya di pegunungan, terasa sangat segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar