Kamis, 09 Februari 2012

Kantong Semar


 February, 9 2012 By eL_

Tak hanya penampilan istimewa, tanaman ini juga menyimpan potensi bisnis yang patut diperhitungkan. Bentuknya unik. Ada yang bilang mirip tokoh pewayangan Semar dengan perut buncitnya. Lantaran itulah, tanaman ini diberi nama kantong semar. Tak hanya penampilan istimewa, tanaman ini juga menyimpan potensi bisnis yang patut diperhitungkan. Bentuknya terbilang unik. Mengantong dan membulat di bagian ujung. Ada yang bilang mirip tokoh pewayangan Semar dengan perut buncitnya. Lantaran itulah, tanaman ini diberi nama kantong semar. Sekitar dua setengah tahun silam, 'demam' kantung semar mulai mewabah di Indonesia. Mulanya pada 2004 ketika sebuah majalah hobi terkemuka memopulerkan kembali tanaman ini lewat edisi akhir tahunnya. Seperti bola salju, media-media lainnya ikut mengekor. Puncaknya adalah pada 17 Agustus 2005 saat keelokan tanaman yang punya nama ilmiah nepenthes spp ini secara khusus dipamerkan di Istana Merdeka saat HUT RI ke-60. Bila akhirnya kantong semar mendapat predikat sebagai tanaman unik, agaknya ini tak berlebihan. Bentuk kantong dan corak warnanya mengandung nilai artistik tinggi. Bahkan, bersama amorphophallus dan bunga bangkai (raflessia), kantong semar termasuk jajaran 'elite' karena disebut sebagai tanaman hias unik. Keunikan itu pula yang membuat Abdul Kadir terpikat pada si kantong semar. ''Saya kadung jatuh hati pada bentuk kantong nepenthes yang unik dan beragam,'' ujar pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat. Tak kurang dari 1.300 pot kantong semar dikoleksi Abdul Kadir sejak dua tahun silam. Jutaan rupiah ia habiskan untuk hobi anyarnya itu. Sebagian besar koleksinya ia perjualbelikan pula. Sejak kecil Abdul Kadir memang telah akrab dengan tanaman yang disebut 'periuk kera' di tempat kelahirannya, di Pontianak. Ia mulai melirik kembali kantong semar saat ia kuliah di IPB. Akan tetapi, ia mulai serius mengumpulkan sekitar dua tahun silam. Tak kurang dari 24 jenis nepenthes ia miliki kini. Sebagian besar koleksinya disimpan di penangkaran kantong semar di Pontianak. Adapula yang ditaruh di lokasi nepenthes di Cipayung, Puncak, termasuk pula di ruang pamer nepenthes di bilangan Slipi, Jakarta, dan rumahnya di Bogor.
Namun, Melvin Rossa punya alasan lain untuk menyukai kantong semar. ''Ia jenis karnivora yang pasif,'' ujar Melvin, pencinta nepenthes di Jakarta. Tabiat karnivora merupakan keunikan tersendiri nepenthes. Ini yang membikin orang bangga memelihara kantong semar. Seperti halnya Melvin. Sekitar 400 pot kantong semar mendiami rumah Melvin yang meliputi tak kurang dari 40 jenis yang berasal dari pulau-pulau Indonesia dan mancanegara (terutama impor dari Srilanka dan Malaysia). Selama proses perburuan selama tiga tahun, Melvin menghabiskan puluhan juta rupiah. Maklum saja, ada kantong semar asal Borneo yang harganya di atas sepuluh juta rupiah. Adapula yang harganya cuma Rp 3 atau 5 juta saja. Apakah Melvin tak khawatir koleksinya layu lantas mati? Ia menyatakan bahwa itu risiko dari sebuah hobi. ''Semua pencinta tanaman tahu itu. Hilang dicuri, juga risiko kan? Itu biasa,'' tutur Melvin, seorang pengusaha kapal, yang sejak kuliah sebetulnya sudah mulai jatuh hati pada keunikan nepenthes. Mohamad Apriza Suska juga punya kecintaan serupa pada nepenthes. Ketertarikan pada kantong semar bermula ketika dia magang di rumah kaca terbesar di Ohio State University, AS pada 2003. Saat ini ada lebih dari 80 jenis tanaman karnivora ini yang dikoleksi dan dibudidayakan di kediamannya di desa Ciderum, Caringin, Bogor. Ia juga mengimpor dari Srilanka, Malaysia, Filipina, Jerman, hingga Belanda. Sebagian jadi koleksi pribadinya, sebagian ia jual lagi. Tampaknya, kantong semar tak sekadar menjadi tanaman yang pantas dikoleksi. Kantong semar juga merupakan tanaman pembawa rezeki. Setidaknya inilah yang dialami Abdul Kadir. Dari seratus lusin koleksinya, ada satu yang paling favorit. Sebuah nepenthes jenis bicalcarata yang tinggi kantongnya 30 cm dengan volume setara dua botol minuman ringan bersoda. Warnanya merah menyala. Tanaman ini ia temukan di pedalaman Pontianak dan ia besarkan selama dua tahun hingga pesonanya memancar kuat. Sebetulnya, bukan keelokan warna yang membikin spesies bicalcarata amat khas. Tapi, dua pucuk menyerupai 'taring' yang menggantung di atas perutnya. Seringai sepasang taring ini tak bakal Anda jumpai pada seluruh 82 spesies nepenthes. Bila dipandang sekilas, ''Ia tampak seperti kepala naga, bukan?'' kata Abdul Kadir. Ketika akhirnya bicalcarata kesayangannya ditawar orang pada awal Januari tahun silam, Abdul Kadir pun mendapat rezeki. ''Dilepas 13 juta rupiah,'' kata laki-laki lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini. Suska pun punya perasaan serupa. Suska melabeli kantong semar dagangannya dengan sebutan 'kantong semar rezeki'. ''Sebagian percaya memelihara kantong semar bisa mendatangkan rezeki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar